PROPOSAL KEWIRAUSAHAAN
“USAHA PISANG NUGGET”
1. Pendahuluan
Pisang adalah buah yang sangat mudah ditemui dimana saja dan kapan saja, karena sifatnya yang dapat berbuah setiap saat tanpa menunggu musim datang seperti buah lainya terutama di daerah tropis seperti negara Indonesia, karena banyaknya jenis dan macam dari buah ini, mulai dari seukuran jari kelingking sampai yang seukuran alpukat, semuanya rasanya sangat manis. Buah yang satu ini sebagai tumbuhan penghasil buah meja makan yang disantap sesudah makan, juga memiliki banyak manfaat baik untuk kesehatan maupun untuk kecantikan.
Di kota Kupang, Provinsi NTT juga terdapat banyak pohon pisang, yang ditanam diperkarangan rumah maupun diperkebunan. Sampai saat ini, sektor pertanian masih tetap menjadi andalan, yang diharapkan mampu menopang memenuhi kehidupan. Kreativitas masyarakat NTT sebagai kegiatan bisnis, membuat berbagai macam kue pisang salah satu ialah Pisang Nugget.
Pasar Oesapa adalah salah satu pasar yang menjual berbagai macam kue pisang, seperti pisang goreng, pisang bungkus dan lain sebagainya. Dalam rangka membuka usaha sendiri dapat menjadi suatu peluang, saya menjadikan Pisang Nugget sebagai bisnis. Adapun maksud tersebut, dilatarbelakangi oleh masyarakat yang gemar memakan pisang dan menjadikan Pisang Nugget sebagai menu sandingan yang sangat nikmat untuk di santap. Selain memiliki rasa yang enak, rasa manis dan renyah dari tepung roti dan toppingnya juga semakin membuat lidah tak ingin berhenti untuk mengunyahnya. Bagi yang suka memakan pisang pastinya anda sudah tidak asing lagi bukan dengan menu pisang nugget, namun mungkin sebagian dari anda ada yang belum mengetahui akan bagaimana bentuk dan rasanya. Tentunya semua bahan dan cara yang digunakan menggunakan pisang dan bahan lain yang berkualitas.
Bisnis ini bermaksud selain memperoleh keuntungan, juga menerapkan pola hidup yang sehat dalam penjualan makanan, terutama Pisang Nugget.
2. Penyusunan Rencana Bisnis
2.1 Visi dan Misi Usaha
Visi:
Untuk memberikan makanan sehat dan enak serta untuk memuaskan para konsumen.
Misi:
Memberikan dan menerapkan pelayanan yang baik dan berkualitas demi kepuasaan pelanggan.
2.2 Produk yang dihasilkan
Nama Produk: Pisang Nugget
Alasan mengembang usaha ini:
Potensi penghasilan tak terbatas.
Berbicara soal penghasilan, pasti ini yang paling menarik perhatian banyak orang. Menariknya, membuka usaha berbeda dengan bekerja sebagai karyawan diperusahaan orang lain. Kalau bekerja sebagai karyawan. Gajinya (mungkin ditambah tunjangan-tunjangan bila ada) dimana gaji dan tunjangan tersebut telah ditetapkan berdasarkan jabatan oleh bos atau pemilik perusahaan. Sebaliknya, bila membuka sendiri, bisa mendapatkan penghasilan dalam jumlah besar bahkan tidak terbatas, tergantung dari kinerja dan pengelolaan usaha sendiri.
Menyalurkan dan meningkatkan keterampilan membuat aneka masakan.
Dengan memiliki usaha sendiri maka memiliki kebebasan seluas-luasnya untuk berkreasi dengan ide-ide sendiri, untuk bekerja tanpa adanya batasan.
Bebas mengatur ritme kerja.
Dengan memiliki usaha sendiri, kapanpun kerja tidak menjadi masalah dalam mengelolah usaha.
3. Tinjauan Aspek Yuridis
Usaha ini termasuk usaha perorangan, karena dimiliki seorang diri dan tidak ada peraturan untuk pendiri perusahaan ini, yang diperlukan hanya izin permohonan dari kantor perizinan setempat.
4. Tinjauan Aspek Manajemen
Dari aspek manajemen, usaha ini dikerjakan sendiri dan tidak membutuhkan tenaga kerja.
5. Tinjauan Aspek Pemasaran
Menu Pisang Nugget ini biasa dikonsumsi siapapun baik kalangan anak-anak hingga orang dewasa. Target konsumen dalam usaha Pisang Nugget ini memang tidak terbatas. Siapapun dapat menikmati menu Pisang Nugget yang nikmat ini. Pemasaran dilakukan secara langsung ke warung-warung dan toko yang terdapat di kota saya, dan kepada masyarakat yang ingin membeli Nugget Pisang secara langsung kue ini akan di jual perbungkus.
6. Tinjauan Aspek Teknis
Bahan-bahan:
2 sisir pisang kepok yang agak tua
250 gram tepung panir kasar
250 gram tepung terigu
1 sdt essen vanilla
Air
200 gram keju chedar yang sudah diparut
Minyak Goreng secukupnya
1 buah kuning telur
100 ml susu cair
10 sdm susu kental manis
1 sdm tepung maizene yang dilarutkan dengan sedikit air.
Peralatan dibutuhkan:
Pisau
Wadah
Pengangkat makanan
Wajan
Kompor
Piring
Loyang
Parutan keju
Kulkas.
Cara pembuatannya:
Campurkan tepung terigu, gula pasir, susu cair, essen vanilla, garam dan keju. Kejunya 50 gram saja, nanti sisanya buat dicampur yang lain. Campurkan sampai jadi adonan basah yang rata dan kental, sisihkan.
Setelah itu siapkan campuran untuk baluran biar tambah crispy, yaitu tepung panir kasar dan 100 gram keju chedar parut. Campur bahan kering sampai rata, kemudian disisihkan dulu.
Siapkan pisang, potong jadi bentuk kipas, atau belah dua. Usahakan saat membelah jangan sampai putus, biar bentuknya bagus.
Masukan pisang yang sudah dipotong tadi kedalam adonan basah. Kemudian gulungkan ke bahan kering, yang campuran tepung panir sama keju tadi. Simpan dalam kulkas 15 menit.
Sambil menunggu pisang yang baru disimpan, buat sausnya dulu. Kocok kuning telur, susu kental manis dan susu cair diatas api sedang. Kemudian masukkan susu kental manis dan parutan keju chedar, aduk sampai tercampur rata. Masukan larutan tepung maizena, aduk kembali hingga saus mengental, lalu matikan apinya.
Setelah pisang siap, panaskan minyak lalu goreng pisang sampai matang, kemudian angkat dan dinginkan pisang gorengnya.
Pisang goreng siap disajikan, sausnya dituangkan diatas pisang goreng atau dipisahkan dalam wadah tersendiri.
7. Aspek Finansial
Biaya Tetap
Nama barang Kuantitas Harga satuan Total
Wadah plastik 1 pack Rp 30.000,- Rp. 30.000,-
Garpu plastik kecil 1 pack Rp 15.000,- Rp. 15.000,-
Jumlah Rp. 45.000,-
Biaya Variabel
Nama Bahan Kuantitas Harga Satuan Total
Pisang Kepok 2 sisir Rp 8000,- Rp 16.000,-
Tepung maizene 1 bungkus Rp 15.000,- Rp 15.000,-
Tepung terigu 1 kg Rp10. 000,- Rp 10.000,-
Keju 1 batang Rp 25.000,- Rp 25.000,-
Susu Coklat/Vanilla 1 kaleng Rp 10.000,- Rp 10.000,-
Tepung panir kasar 1 bungkus Rp 20.000,- Rp 20.000,-
Minyak Goreng 1 bungkus Rp 20.000,- Rp 20.000,-
Essen vanilla 1 botol Rp. 2.500 Rp. 2.500
Jumlah Rp 118.500,-
Biaya tak Terduga
Keterangan Kuantitas Harga Total
Biaya lain-lain - Rp 50.000 Rp 50.000,-
Jumlah Rp 50.000,-
Total dari biaya tetap, biaya variable dan biaya tak terduga.
Neraca
ASET MODAL
Kas…………………….…..Rp. 300.000,- Modal Awal………..……..Rp.300.000,-
Setelah produk diproduksi dan di pasarkan:
Jumlah cup yang kami Peroleh adalah 62 Cup.
Jadi, Total Pendapatan kami :
68 x Rp. 5000,- = Rp. 340.000,-
Keterangan Debet Kredit
Pendapatan Rp. 340.000,-
Biaya Tetap Rp. 45.000,-
Biaya Variabel Rp 118.500,-
Biaya tak Terduga Rp 50.000,-
Total Biaya Rp. 213.500,-
Laba Rp. 126.500,-
8. Penutup
Demikian proposal ini kami buat dengan harapan agar usaha saya tersebut mendapatkan dukungan dan bantuan dari bapak/ibu dan berbagai pihak. Semoga usaha yang saya bangunkan bisa berjalan lancar tanpa ada halangan demi terwujudnya peluang bisnis yang handal, berkualitas dan berdaya saing. Atas segala bantuan, dukungan dan perhatian bapak/ibu, saya ucapkan banyak terima kasih.
Accounting
Sabtu, 03 Maret 2018
Teori akuntansi
Teori Akuntansi
5 Elemen dalam karakteristik kualitas informasi akuntansi adalah sbb :
1. Nilai Prediksi (prdictive value) dan Nilai Unpan Balik (feedback value)
Nilai prediksi (prdictive value) dan nilai unpan balik (feedback value) adalah dua komponen dari relevan. Informasi dapat memberi pengaruh pada satu keputusan dengan menambah atau memperbaiki kemampuan pembuat keputusan untuk memprediksi - Nilai prediksi. Sebagai contoh, jika dilaporkan laba per lembar saham akan membantu memprediksi bagi pemberi pinjaman yang ada, dan juga laba per lembar saham memiliki nilai prediksi bagi seorang pegawai bank untuk satu pinjaman bank. Information dapat mempengaruhi satu keputusan untuk tetap melakukan atau memperbaiki harapan pembuat keputusan sebelumnya – nilai umpan balik. Sebagai contoh, Jika dilaporakan laba per lembar saham yang dikonfirmasikan pada harapan para pemegang saham tentang kemampuan perusahaan memperoleh laba perlembar saham atau menyebabkan pemegang saham merubah harapannya, tentunya laba per lembar saham telah memberikan nilai umpan balik kepada pemegang saham. Sering informasi mem-berikan keduanya sekali gus, sebab pengetahuan tentang hasil dari suatu tindakan yang baru diperoleh secara umum akan memperbaiki kemampuan pembuat keputusan untuk memprediksi hasil seperti itu dimasa akan datang. Sebagai contoh, kesimpulan yang menyatakan perbaikan perolehan arus kas bersih setelah dilakukan akuisisi satu anak perusahaan, mungkin akan membantu para peme-gang saham memprediksi srus kas bersih sebagai akibat akuisisi dimasa akan datang. Nilai predisi dan nilai umpan balik sesuai dengan objektivitas laporan keuangan kedua yang menyajikan informasi membantu para pengguna mempre-diksi dan menentukan arus kas yang akan diperoleh.
2. Ketepatan Waktu ( Timelines )
Ketepatan waktu adalah komponen ke-tiga dari relevan. Jika informasi akuntansi diharapkan mampu mempengaruhi satu keputusan, informasi harus tersedia pada saat keputusan itu dibuat. Ketepatan waktu itu sendiri tidak dapat membuat informasi menjadi relevan, tetapi tanpanya, informasi tidak menjadi relevan. Terdapat banyak situasi yang harus dipertimbangkan bagi informasi akuntansi yang presisi sebagai informasi yang tepat waktu. Sebagai contoh, walaupun daftar keuangan interim (kuartalan) biasanya kurang lengkap dan kurang presisi dari pada daftar keuangan tahunan, tetapi ia lebih tepat waktu. Ingat, hubungan atara ketepatan waktu dengan asumsi periode waktu dan pelaporan periodik. Perlunya ketepatan waktu suatu informasi keuangan adalah satu alasan kuat mengapa aktivitas ekonomi dipilah kedalam periode waktu dari tujuan pelaporan keuangan.
3. Daya Uji (verifiability)
Daya Uji (verifiability) meningkatkan jaminan bahwa pengukuran-pengukuran akuntansi menyatakan apa yang terukur pada saat itu. Statement of Financial Accounting Concept No. 2 menyatakan bahwa “verifiable financial accounting information provides results that would be substantially duplicated by independ-ent measurers using the same measurement methods.”5 Dengan itu, verifikasi menekankan satu konsensus diantara para akuntan dalam pengukuran kejadiankejadian ekonomi dan cara untuk melaporkannya. Sebagai contoh, jumlah kas dilaporkan dalam neraca memiliki daya uji yang tinggi. Nilai buku dari harta yang dapat disusutkan, tentu memiliki daya uji yang rendah disebabkan para akuntan dapat menggunakan metode yang berbeda dalam menetukan nilai perolehan, nilai sisa, taksiran umur pakai dari harta tersebut. Objektivitas sering digunakan sebagai satu sinonim dari verifiabilitas.
4. Netral (Neutrality)
Netral (Neutrality) berarti bahwa informasi akuntansi harus netral, atau tidak memihak yang memberikan dampak pada perilaku para pengguna informasi. Oleh karena informasi akuntansi memberi pengaruh terhadap lingkungannya, maka dipandang penting bahwa informasi akuntansi harus bersifat netral atau tidak bias.
Sementara, laporan keuangan terdukung pada satu konsekwensi ekonomi umum, seperti alokasi sumber kekayaan, oleh karenanya informasi harus bersifat netral dari segala konsekwensi lainnya. Sebagai contoh, laporan keuangan tidak harus terdukung oleh pencapaian tujuan ekonomi khusus, seperti peningkatan usahausaha penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh perusahaan.
5. Daya Banding (Comparability)
Daya Banding (Comparability) berarti kebergunaan informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan akan jadi meningkat jika informasi tersebut dapat diperbandingkan dengan informasi yang sama dari entitas akuntansi yang lain atau dengan informasi yang berasal dari entitas akuntansi yang sama dalam tahun yang berbeda. Daya banding antar perusahaan (interfirm comparablity) diperoleh jika perusahaan menggunakan prosedur akuntansi yang sama pada saat perusa-haan dihadapi dengan kejadian ekonomi yang sama. Hal ini merupakan alasan pemeriksaan daftar keuang harus disajikan sesuai dengan GAAP. Suatu contoh dari daya banding antar perusahaan otomotif Chrysler dan Ford yang keduanya menggunakan LIFO didalam akuntansi persediaan otomobil. Daya banding antar periode (interperiode comparability) atau perlakuan sama (consistency), mensyaratkan penerapan prosedur akuntansi secara perlakuan sama. Kesesuaian dengan GAAP dan perlakuan sama dijelaskan dalam pendapat standar yang dikeluarkan oleh pemeriksa bebas (independent auditor):
Perlakuan sama tidak berarti bahwa suatu entitas tidak boleh melakukan suatu perubahan didalam praktek akuntansi, seperti suatu perobahan dari akuntansi persediaan LIFO menjadi FIFO. Jika suatu perubahan terjadi, tentunya merupakan akibat dari suatu perubahan keadaan ekonomi. Sifat dari perubahan itu dan pengaruhnya pada daftar keuangan harus dijelaskan. Dalam prakteknya, entitas harus juga dapat menunjukkan bahwa praktek akuntansi yang baru lebih memberi keuntungan dari pada praktek akuntansi yang lama dikarenakan peru-bahan keadaan ekonomi yang berjalan.
5 Elemen dalam karakteristik kualitas informasi akuntansi adalah sbb :
1. Nilai Prediksi (prdictive value) dan Nilai Unpan Balik (feedback value)
Nilai prediksi (prdictive value) dan nilai unpan balik (feedback value) adalah dua komponen dari relevan. Informasi dapat memberi pengaruh pada satu keputusan dengan menambah atau memperbaiki kemampuan pembuat keputusan untuk memprediksi - Nilai prediksi. Sebagai contoh, jika dilaporkan laba per lembar saham akan membantu memprediksi bagi pemberi pinjaman yang ada, dan juga laba per lembar saham memiliki nilai prediksi bagi seorang pegawai bank untuk satu pinjaman bank. Information dapat mempengaruhi satu keputusan untuk tetap melakukan atau memperbaiki harapan pembuat keputusan sebelumnya – nilai umpan balik. Sebagai contoh, Jika dilaporakan laba per lembar saham yang dikonfirmasikan pada harapan para pemegang saham tentang kemampuan perusahaan memperoleh laba perlembar saham atau menyebabkan pemegang saham merubah harapannya, tentunya laba per lembar saham telah memberikan nilai umpan balik kepada pemegang saham. Sering informasi mem-berikan keduanya sekali gus, sebab pengetahuan tentang hasil dari suatu tindakan yang baru diperoleh secara umum akan memperbaiki kemampuan pembuat keputusan untuk memprediksi hasil seperti itu dimasa akan datang. Sebagai contoh, kesimpulan yang menyatakan perbaikan perolehan arus kas bersih setelah dilakukan akuisisi satu anak perusahaan, mungkin akan membantu para peme-gang saham memprediksi srus kas bersih sebagai akibat akuisisi dimasa akan datang. Nilai predisi dan nilai umpan balik sesuai dengan objektivitas laporan keuangan kedua yang menyajikan informasi membantu para pengguna mempre-diksi dan menentukan arus kas yang akan diperoleh.
2. Ketepatan Waktu ( Timelines )
Ketepatan waktu adalah komponen ke-tiga dari relevan. Jika informasi akuntansi diharapkan mampu mempengaruhi satu keputusan, informasi harus tersedia pada saat keputusan itu dibuat. Ketepatan waktu itu sendiri tidak dapat membuat informasi menjadi relevan, tetapi tanpanya, informasi tidak menjadi relevan. Terdapat banyak situasi yang harus dipertimbangkan bagi informasi akuntansi yang presisi sebagai informasi yang tepat waktu. Sebagai contoh, walaupun daftar keuangan interim (kuartalan) biasanya kurang lengkap dan kurang presisi dari pada daftar keuangan tahunan, tetapi ia lebih tepat waktu. Ingat, hubungan atara ketepatan waktu dengan asumsi periode waktu dan pelaporan periodik. Perlunya ketepatan waktu suatu informasi keuangan adalah satu alasan kuat mengapa aktivitas ekonomi dipilah kedalam periode waktu dari tujuan pelaporan keuangan.
3. Daya Uji (verifiability)
Daya Uji (verifiability) meningkatkan jaminan bahwa pengukuran-pengukuran akuntansi menyatakan apa yang terukur pada saat itu. Statement of Financial Accounting Concept No. 2 menyatakan bahwa “verifiable financial accounting information provides results that would be substantially duplicated by independ-ent measurers using the same measurement methods.”5 Dengan itu, verifikasi menekankan satu konsensus diantara para akuntan dalam pengukuran kejadiankejadian ekonomi dan cara untuk melaporkannya. Sebagai contoh, jumlah kas dilaporkan dalam neraca memiliki daya uji yang tinggi. Nilai buku dari harta yang dapat disusutkan, tentu memiliki daya uji yang rendah disebabkan para akuntan dapat menggunakan metode yang berbeda dalam menetukan nilai perolehan, nilai sisa, taksiran umur pakai dari harta tersebut. Objektivitas sering digunakan sebagai satu sinonim dari verifiabilitas.
4. Netral (Neutrality)
Netral (Neutrality) berarti bahwa informasi akuntansi harus netral, atau tidak memihak yang memberikan dampak pada perilaku para pengguna informasi. Oleh karena informasi akuntansi memberi pengaruh terhadap lingkungannya, maka dipandang penting bahwa informasi akuntansi harus bersifat netral atau tidak bias.
Sementara, laporan keuangan terdukung pada satu konsekwensi ekonomi umum, seperti alokasi sumber kekayaan, oleh karenanya informasi harus bersifat netral dari segala konsekwensi lainnya. Sebagai contoh, laporan keuangan tidak harus terdukung oleh pencapaian tujuan ekonomi khusus, seperti peningkatan usahausaha penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh perusahaan.
5. Daya Banding (Comparability)
Daya Banding (Comparability) berarti kebergunaan informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan akan jadi meningkat jika informasi tersebut dapat diperbandingkan dengan informasi yang sama dari entitas akuntansi yang lain atau dengan informasi yang berasal dari entitas akuntansi yang sama dalam tahun yang berbeda. Daya banding antar perusahaan (interfirm comparablity) diperoleh jika perusahaan menggunakan prosedur akuntansi yang sama pada saat perusa-haan dihadapi dengan kejadian ekonomi yang sama. Hal ini merupakan alasan pemeriksaan daftar keuang harus disajikan sesuai dengan GAAP. Suatu contoh dari daya banding antar perusahaan otomotif Chrysler dan Ford yang keduanya menggunakan LIFO didalam akuntansi persediaan otomobil. Daya banding antar periode (interperiode comparability) atau perlakuan sama (consistency), mensyaratkan penerapan prosedur akuntansi secara perlakuan sama. Kesesuaian dengan GAAP dan perlakuan sama dijelaskan dalam pendapat standar yang dikeluarkan oleh pemeriksa bebas (independent auditor):
Perlakuan sama tidak berarti bahwa suatu entitas tidak boleh melakukan suatu perubahan didalam praktek akuntansi, seperti suatu perobahan dari akuntansi persediaan LIFO menjadi FIFO. Jika suatu perubahan terjadi, tentunya merupakan akibat dari suatu perubahan keadaan ekonomi. Sifat dari perubahan itu dan pengaruhnya pada daftar keuangan harus dijelaskan. Dalam prakteknya, entitas harus juga dapat menunjukkan bahwa praktek akuntansi yang baru lebih memberi keuntungan dari pada praktek akuntansi yang lama dikarenakan peru-bahan keadaan ekonomi yang berjalan.
Langganan:
Komentar (Atom)